Senin, 28 Desember 2009

PERINGATAN HARI AIDS HANYA RUTINITAS BELAKA

Ciamis, 26 November 2009
PERINGATAN HARI AIDS HANYA RUTINITAS BELAKA

Saat ini warga sedang asik mengobarkan semangat anti AIDS dengan memepringati Hari AIDS sedunia. Namun tahukah anda sejarah Hari ADIS itu sendiri ? Hari AIDS sedunia pertama kali direkomendasikan pada Agustus 1987 oleh James W. Bunn dan Thomas Netter. Kemudian konsep ini dibahas pada pertemuan menteri-menteri kesehatan sedunia yang akan membahas mengenai program-program untuk pencegahan dan memerangi penyebaran HIV/AIDS. Sebagai hasil kesepakatan bersama, pada tanggal 27 Oktober 1988 dalam rapat pleno ke 33 dari Majelis Umum PBB, WHO menyatakan 1 Desember sebagai Hari AIDS Sedunia.
Sangat memperihantinkan memang, peringatan hari ADIS setiap 1 Desember seolah hanya rutinitas tahunan warga dunia saja. Peringatan hari ADIS sebenarnya bukan hanya sekedar moment untuk mengingat kasus-kasus tentang HAIV/AIDS saja, tetapi diperingati untuk menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS yang semakin merebak disleuruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV, serta didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran infeksi HIV yang telah banyak melibatkan anak bangsa.
Kondisi pengidap HIV/AIDS layaknya fenomena gunung es dengan fondasi yang kokoh. Penularan HIV/AIDS di Indonesia berkembang sangat cepat. Menurut Departemen Kesehatan jumlah pengidap HIV/AIDS di Indonesia pada akhir tahun 2008 lebih dari 200.000 jiwa. Bahkan badan khusus PBB yang membawahi masalah ADIS (UNAIDS) memeprkirakan penderita ADIS di Indonesia tahun 2008 mencapai 270.000 jiwa. Pernyataan tersebut tentunya bukan dibuat secara asal-asalan. Jumlah tersebut muncul karena banyak penderita HIV yang tidak menyadari statusnya. Bahkan, banyak penderita HIV yang tidak menyadari statusnya. Bahkan, banyak penderita HIV yang justru menyembunyikan statusnya karena takut mendapat diskriminasi. Disisi lain, pecandu narkoba suntik dan pertumbuhan lokalisasi cukup tinggi di Indonesia, sehingga dua hal tersebut menjadi penyumbang terbesar kasus HIV/AIDS.
Sekarang ini, sebagian besar pengidap HIV/AIDS, termasuk di Indonesia adalah kalangan pelajar dan mahasiswa yang rentang terinfensi HIV sehingga perlu penyuluhan dan pemahaman di kalangan mereka. Sejauh ini pemahaman tentang HIV/AIDS di kalangan mahasiswa masih sebatas luarnya saja. Padahal, pemahaman yang mendalam tentang HIV/AIDS bagi mahasiswa termasuk penting, karena gaya hidup kebanyakan mahasiswa rentan terinfeksi HIV. Pemakaian narkotika, alkohol dan zat adiktif (NAZA) di kalangan mereka yang relatif tinggi merupakan salah satu alasannya. Hubungan seks bebas yang semakin membudaya juga menjadi alasan lain mahasiswa rentan terinfeksi HIV.
Akhir-akhir ini, pemakaian NAZA di kalangan mahasiswa cenderung meningkat. Bagi mereka yang menggunakan jarum suntik secara bergantian saat mengkonsumsi narkoba, pada saat itulah mereka tidak menyadari jika salah seorang pengguna terjangkit HIV, maka dapat menulari yang lainnya. Meski hanya ingin mencoba dan bahkan mungkin tidak sampai ketagihan, pemakaian satu dua kali NAZA, terutama narkotika suntik, juga beresiko tinggi tertular HIV. Itu penting dipahami karena tidak mudah mengetahui apakah seorang teman tertular HIV atau tidak. Pergaulan bebas yang berujung pada hubungan seks dan sudah menjadi gaya hidup membuat mereka rentan terinfeksi HIV. Beberapa studi atau surve I membuktikan bahwa banyak mahasiswa yang sudah melakukan hubungan seks. Walaupun itu dilakukan dengan pacar tetap tidak ada jaminan tubuh si pacar itu terbebas dari HIV.
Sebagian masyarakat menyarankan penggunaan kondom demi pencegahan HIV. Pada peringatan Hari AIDS sering dibaikan kondom secara gratis. Pembagian kondom seperti itu termasuk bentuk pembodohan dan memberikan pemahaman yang salah terhadap solusi pemberantasan HIV/AIDS. Karena dengan pembagian kondom praktek freesex semakin bertambah subur. Dengan adanya pembagian kondom tersebut masyarakat akan berpikir, nge seks boleh saja asal pakai kondom. Jadi pembagian kondom gratis juga tidak efektif, sebab penularannya virus HIV lewat hubungan seks, tetapi kenapa diperbolehkan.
Untuk itu, upaya yang sebaiknya dilakukan adalah memasukkan pendidikan tentang HIV/AIDS dalam kurikulum di sekolah atau perguruan tinggi. Seperti halnya memasukkan mata kuliah anti korupsi pada Fakultas Hukum. Masuknya pendidikan tentang HIV/AIDS dalam kurikulum akan lebh efektif untuk memberikan pengetahuan agar pelajar atau mahasiswa tidak melakukan perilaku menyimpang, seperti penyalahgunaan narkoba dan seks bebas yang memang beresiko tinggi terinfeksi HIV.

Ttd

Abdul Gani
Alamat :
Jln. Cipto Mangunkusumo No. 497
Rt 04/ Rw 23 Kabupaten Ciamis
46211 Tlp. 085220278738 Penulis, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh

























BIODATA

Nama : Abdul Gani
Alamat : Jln. Cipto Mangunkusumo No. 497
Rt 04/ Rw 23 Kabupaten Ciamis 46211
Tempat tanggal lahir : Ciamis, 3 Juli 1988
Jenis Kelamin : Pria
Golongan Darah : B
Status : Belum Kawin
Hobi : Membaca, Nonton TV
No Telp : 085220278738
Pekerjaan : Mahasiswa FKIP Universitas Galuh
Alamat : Jln RE Martadinata No. 150



Ttd

Abdul Gani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar